Doa Penghantar Sukses
“Ida...,” teriakan itu yang setiap pagi melengking. Pagi-pagi harus sudah bangun untuk pergi ke sekolah, ah, itu suatu hal yang sulit untuk dilakukan. Jam setengah tujuh, itu sudah pagi menurutku. Akibatnya, semua harus serba terburu-buru. Dengan kekuatan super, Ibu harus mengayuh sepeda menuju sekolah. Melawan terik matahari, melewati sawah dan juga harus berhadapan dengan jalanan yang masih berbatu. Hingga, naik ke tingkat sekolah dasar masih sering juga kebiasaan itu terulang. Tiada bosan dan henti-hentinya, Ibu selalu menasehati, “Besok bangunnya lebih awal, biar tidak kena marah Bapak atau Ibu guru di sekolah. Kalau bangunnya pagi, pertanda telah siap untuk menerima ilmu. ” Setiap hari, setiap saat, selalu ada nasehat yang Ibu curahkan untukku. Tentang bangun pagi, cara makan, tugas pelajar, tugas anak ketika di rumah dan masih banyak lagi – yang Ibu tiada bosan untuk mengatakan ini yang boleh dilakukan, ini tidak boleh, harus begini dan begitu.