BSI Mendukung Kemandirian Petani
Kalau disebut kata "petani", yang terbersit di benak kita adalah sosok berpendidikan rendah, terbelakang, dan miskin. Memang demikian kondisi petani Indonesia sejak lama.
Bermula dari masuknya revolusi hijau ke Indonesia, yang membuat petani tradisional berganti metode dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia buatan pabrik. Selanjutnya perbenihan dipegang oleh korporasi sehingga ilmu perbenihan tak lagi lestari. Hingga hilirnya, mekanisme pasar dikuasai oleh tengkulak yang membuat petani tidak memiliki kedaulatan harga.
Penggunaan pupuk dan pestisida kimia di awal menghasilkan peningkatan produktivitas yang pesat. Tapi itu tak berlangsung lama. Tanah yang terpapar residu kimia jadi ketergantungan. Begitu juga pestisida, membuat predator alami berkurang drastis jumlahnya sehingga hama tumbuh pesat jika tidak disemprot dengan pestisida kimia. Pupuk dan pestisida harus dibeli dan harganya semakin tinggi. Seringkali, saat harga pupuk naik, harga hasil panen turun. Petani pun tak mengantongi profit dari kerja kerasnya selama semusim.
Nasib buram petani tak boleh terus begini. Petani harus berdaya karena kita bisa makan berkat kerja keras mereka. Sebagai upaya, BSI sebagai bank syariah yang berkomitmen untuk tumbuh seimbang berkelanjutan membuat program Desa BSI (Desa Bangun Sejahtera Indonesia).
Bersama mitra strategis yang mengelola ZISWAF, dana CSR, serta dana sosial, BSI Maslahat, BSI hingga tahun 2022 telah mewujudkan 24 Desa BSI, di antaranya di Aceh, Sulawesi, serta Jawa Barat.
Program ini memiliki gerakan pemberdayaan petani padi yang melakukan pendampingan dari hulu sampai hilir. Mulai dari memberikan fasilitas budidaya, hingga penggilingan padi dan branding produk. Persoalan profit yang tipis yang diperoleh petani selama ini dibantu dipecahkan dengan membangun mekanisme pasar yang petani mampu menjual berasnya langsung ke konsumen dengan branding yang terpercaya.
Di samping pendamping dalam aspek material, BSI juga menyentuh aspek spiritualitas. Karena sebagai bangsa timur, sejak zaman nenek moyang, kita sudah memiliki karakter spiritual. Dengan mantannya spiritualitas, diharapkan kesejahteraan petani khususnya, dan masyarakat pada umumnya tidak hanya secara jasmani saja, melainkan juga rohaninya. Rezeki yang cukup dan berkah itulah yang diharapkan bersama.
#BSI
#BankSyariahIndonesia
#TumbuhSeimbangBerkelanjutan
#1001CeritaMembangunIndonesia #KompetisiLiterasi
Komentar
Posting Komentar