REVIEW 7 : KISAH-KISAH CINTA











Judul buku : Dear Love
Penulis       : Hasfriends
Tahun Terbit  : 2011
ISBN              : 978-602-98386-7-1
Penerbit          : Hasfa Publishing

            Cinta. Cinta mampu menghidupkan jiwa yang mati dan mampu mematikan jiwa yang hidup. Kekuatan cinta sangat luar biasa. Seluruh aspek kehidupan semua ada cinta. Dear love adalah bukti nyata bahwa cinta itu ada. Tidak mampu untuk dilihat, namun mampu untuk dirasakan. Seratus sebelas penulis berkumpul mengutarakan segala keluh kesah tentang cinta. Cinta yang membuat orang tertawa. Cinta yang membuat orang menangis. Cinta yang membuat orang berteriak histeris. Ataukah cinta yang hadir tiba-tiba dengan wajahnya yang sangat manis. Ah, cinta tidak mudah ditebak.
            Cinta kadang berwarna hitam bukanlah berwarna pink. Begitulah penyambutan pertama dalam bab buku ini. Seperti dikisahkan oleh Oksa Aputra dengan judul “Akhir cinta sang kupu-kupu malam” dia menceritakan bahwa ada amanat mama yang harus dijalankan. Amanat sebelum mama meninggal dunia. Menikah dengan Ayu. Ayu, adalah seorang perempuan yang ditemukan mama dengan keadaan setengah telanjang, tubuhnya penuh luka. Disaat ingin menjalankan amanat mama, Ayu menangis. Dia menyodorkan surat. Di surat tersebut tertulis bahwa Ayu adalah seorang kupu-kupu malam, pelacur jalanan yang hina. Hancur, remuk hati ini. Namun, wajah mama yang terus membayangi, mengingatkan bahwa inilah cara untuk membahagiakan mama yang sudah ada disana.
            Sebuah cerita ini menggambarkan bahwa cinta itu hadir memberi warna yang berbeda. Cinta hadir dengan jalannya yang indah. Dalam dear love menceritakan cinta dengan nuansa warna yang berbeda. Tidak selamanya cinta itu selalu berwarna pink.
            Dalam bab kedua buku ini menceritakan kisah lain dari cinta. Cinta itu bulat bukan berbentuk hati. Bulat itu tidak kurang atau lebih. Dia hanya 360 derajat. Jika lebih atau kurang satu derajat saja, dia tidaklah bulat. Dan itu bukanlah cinta. Cinta yang sebenarnya adalah bulat. Seperti cerita yang digambarkan oleh, Kun Sila Ananda dengan judul “Lima Belas Menit”. Sepasang kekasih yang telah lama tidak bertemu mengikrarkan janji untuk bertemu tepat jam tujuh.
            “Jam 07.00 tepat… jangan terlambat!” katanya.
            “Iya Sayaaang… paling telat cuma 15 menit.”
            Aku terlambat, 30 menit. Dia sudah pergi. Tidak bisakah menunggu 15 menit lagi, Sayangku?
            Bukan salahnya. Andai aku tepat waktu. Andai dia tidak kubiarkan menunggu. Mungkin pengendara motor liar yang naik ke trotoar dengan kecepatan tinggi tidak akan menabraknya. Mungkin….
            ARRGGGH! Aku menyumpahi diriku.
            Lima belas bulan telah kami lalui, tapi 15 menit yang kuremehkan telah mengambilnya selamanya.
            Gambaran diatas menggambarkan bahwa cinta itu bulat. Cinta itu bersifat penuh, tidak berkurang sedikit pun. Walaupun orang yang disayangi telah tiada. Cerita yang di tulis dalam antologi ini benar-benar indah dan sangat memukau. Siapapun yang belum pernah membaca, silakan membaca. Rasakan betapa indahnya, cerita-cerita yang ditulis. Selamat membaca. (HH)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BSI Mendukung Kemandirian Petani

Poetry Prairie Literature Journal Deadline 15 Maret 2018

Review 13 : DUNIA GAUL