Latih Anak “Cinta Rupiah” Sejak Dini
Bicara tentang rupiah, yang terbayang di benak kita adalah uang. Tapi bukan
berarti mata duitan. Secara kodrati begitulah sewajarnya. Rupiah adalah nama
mata uang Republik Indonesia, negara kita. Bentuk mata uang rupiah ada dua, logam
dan kertas.
Uang kertas, buat anak kecil lebih disukai ketimbang uang logam. Seorang
guru di sekolah saya bercerita, anaknya kalau dikasih uang saku berupa uang
logam pasti tidak mau, mintanya uang kertas. Alasannya, uang kertas lebih praktis
dibawa. Uang logam katanya lebih berat. Pernah suatu ketika ada anak membeli
barang di koperasi sekolah protes gara-gara kembaliannya tiga ratus rupiah dan
tentu saja berbentuk uang logam.
“Hah, apa, Bu, cuma tiga ratus rupiah?” komentarnya dengan ekspresi
kecewa. Langsung dia berniat membuangnya.
“Eh, kenapa mau dibuang? Mending dimasukkan celengan atau dikasihkan
temanmu,” sedikit saran saya lontarkan.
Rupanya anak-anak belum memahami arti penting nilai rupiah. Padahal,
satu sama lain itu saling melengkapi. Uang kertas maupun logam sama-sama punya
arti. Untuk memahamkan inilah peran orang tua sangatlah diperlukan.
Di sini, saya mencoba memberikan beberapa kiat memahamkan anak akan arti
penting rupiah.
1. Uang tidak distaples
https://1.bp.blogspot.com/
Dalam memilah uang, cara termudah untuk memisahkan antar nominal yang
berbeda adalah dengan cara menstaplesnya. Sering kita jumpai, baik di pasar
maupun di tempat lain di sekitar kita, uang kertas yang distaples. Melihat hal
tersebut, mari kita awali dari anak-anak kita untuk tidak membiasakan
menstaples uang. Kita bisa mensiasati dengan cara mengambil satu dari lembaran
yang sama sebagai penanda. Misalnya saja, kita mengumpulkan lima uang
duaribuan, total semuanya menjadi sepuluhribu. Empat lembar tetap disusun
mendatar sedangkan satu lembarnya dilipat menjadi dua dan digunakan untuk
mengapit empat lembar tadi. Cara lain, bisa dengan memakai karet gelang. Kita pisahkan
uang berdasarkan nominalnya.
Mengapa uang tidak boleh distaples?
Karena, akan meninggalkan bekas dari staples tersebut. Selain itu uang
akan mudah untuk sobek bila tidak berhati-hati dalam membuka staplesnya.
2. Uang terbebas dari coretan
Uang yang beredar dari tangan ke tangan, dari yang semula rapi, bersih,
belum ada noda ternyata tidak menjamin akan tetap seperti sedia kala. Tidak
jarang, kita akan menemui uang yang dicoret-coret dengan bolpoin. Hal tersebut,
bisa kita awali di keluarga kita. Ajarkan anak-anak untuk mencintai rupiah –
dengan cara menjaga, bukan dengan cara mencoret-coretnya.
Materi akhlak yang tertanam sejak kecil, akan tetap merasuk ke memori
anak hingga dia dewasa kelak. Kita awali dari kita sendiri untuk tidak melakukan
coret-coret – dengan anak melihat dan dikasih pengarahan, dia akan mudah
mengerti dan mengingatnya.
3. Gunakan uang seperlunya
Anak, menjadi aset penting dalam keluarga. Ketika orang tua memanjakan
dengan mudahnya memberinya uang tanpa pengarahan dan pendampingan – apa yang
akan terjadi pada kepribadiannya? Anak akan mudah untuk membelanjakan uang
sesuka hatinya. Padahal, sebenarnya anak bisa untuk diarahkan membeli barang
ataupun keperluan lain yang sesuai dengan kebutuhan bukan sesuai keinginan. Uang
yang dikasihkan ke anak, apabila lebih bisa ditabung.
4. Hargai nominal uang
https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2017/06/02/33/1210216/bi-kebutuhan-uang-selama-ramadan-dan-idul-fitri-rp167-triliun-Wr7.jpg
Nilai nomimal uang yang sudah disediakan pastilah semuanya mempunyai
maksud dan tujuan. Anak harus mengerti adanya uang kertas dan uang logam. Uang seribupun
apabila kurang seratus rupiah, dia tidak akan jadi seribu. Jadi, anak memahami
pentingnya menghargai nominal rupiah. Punya uang seratus rupiah sama
dihargainya dengan punya uang seribuan. Tidak ada pembedaan perlakuan antara
nominal kecil maupun besar.
Sedikit kiat-kiat di atas, semoga bermanfaat dan mudah untuk kita
praktikkan dalam kehidupan kita. Selamat mencoba dan semoga anak-anak kita
menjadi generasi yang cinta uang dengan setulus hati.
###
Komentar
Posting Komentar